“Saya biasanya butuh dua malam untuk merenung, dan
besoknya saya harus jadi orang dengan semangat baru”
Wawancara eksklusif dengan Irvan Kamal (Direktur Pemasaran PTKS)
Ir. Irvan Kamal – Direktur Pemasaran PTKS, adalah sosok yang energik, pekerja yang sangat terstruktur, dan “demanding” – sikap yang mulai luntur di lingkungan kita. Perjumpaan yang cukup sebentar dengan sosok ini telah menggambarkan bagaimana piawainya Beliau memanage “task list” pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Beliau.
Ditengah tengah kesibukan mengantisipasi lesunya pasar baja nasional akibat diterjang krisis ekonomi dunia yang belum ketahuan ujung pangkalnya, Ir. Irvan Kamal, MBA meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan Redaksi Majalah KSG (Zaenudin Tolchah – DPKS, Firman Taufik – Humas PTKS, Sudarmono Moedjari – Krakatau IT).
Berikut ini cuplikan hasil wawancara tersebut.
Q: Bagaimana kondisi pasar baja nasional kita saat ini?
A:Satu hari sebelum malam takbiran 2008 lalu, saya masih sangat yakindengan semua strategi yang kita buat dari awal tahun, Tapi pada waktu setelah kasus Lehman Brother muncul dikoran (bangkrut.red). Itu seperti sebuah serangan saraf kelumpuhan, langsung dengan cepat dan nggak ada yang bisa kita tahan kagi, persepsi orang langsung berbalik jadi 180 derajat. Jadi pasar demikian keadaannya. Kemudian yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana prospek kedepan dan cara menyiasatinya.
Q: Karena masalah yang kita hadapi adalah masalah internasional, banyak sekali hambatan non tarif yang biasa muncul oleh negara-negara lain untuk melindungi struktur industri mereka. Adakah PTKS memiliki team khusus yang ditugaskan untuk menangani masalah-masalah dalam kebijakan publik seperti itu?
A:Disini ada beberapa, tapi kita harus berbagi kekuatan, kemampuan itu dibeberapa ada. Kemudian yang kedua kita harus coba untuk bisa berfikir imajinatif, kreatif karena kebijakan itu belum pernah ada sebelumnya, jadi kita harus mengukur, mengira-ngira kalau ini dilakukan akankah pemerintah mencabut karena semua menentang, kalau kita ingin memperlunak, perlunak macam apa yang mungkin, kan itu resiko. Kemudian tahapan pengendalian impor macam apa yang perlu bagi PTKS, apakah kami menyuarakan suara PTKS atau menyuarakan lewat asosiasi baja.
Q: Pada beberapa kesempatan di media masa Pak Irvan seringkali menyuarakan suara Asosiasi. Mengapa tidak langsung menyuarakan masalah PTKS.
A: Di berbagai kesempatan memang saya bilang saya asosiasi, kalau nggak, orang nggak akan mungkin ingin menolong. Di asosiasi kita juga harus bermain cantik dan bersikap bijak,karna, tidak mungkin saya menyuarakan kepentingan PTKS dan grup terus, harus di pilih topik-topik sedemikian rupa, hingga asosiasi ini merasa di urusi dan untuk kepentingan bersama.
Jadi di kita itu sekarang pemasaran harusnya hanya berpikir jualan, namun dengan itu saja tidak bisa jalan, jadi saya harus berfikir dua, mikro dan makro. Karena ini pertempuran memperebutkan kue yang sudah sangat kecil. Import juga demikian, pesaing saya di negara sekitar, semua bingung mau buang barang kemana, Korea Selatan berhenti operasi, Rusia kemarin juga berhenti, Jepang juga berhenti produksi karena stok bahan baku dan barang jadinya tinggi. Dia mau buang semua kesini. Jadi saya mesti bilang “jangan”, atau “tunda” dulu.
Hari ini saya baca dimedia depot plumpang meledak Pertamina menutup gudangnya. Tabung gas yang ada diprodusen nggak bisa mengalir masuk ke Pertamina. Kalau tabung gas yang udah jadi nggak bisa mengalir, bahan baku saya berhenti, sehingga kita juga nggak bisa jualan. Padahal ini target saya bulan Januari s/d Desember 2009.
Maksud saya, putarannya itu, kalau dia produksi, dia tidak kirim ke Pertamina, barang numpuk disana dan dia tidak perlu bahan baku baru, nah bahan baku saya perlu saya jual kan, bayangkan dari mulai detail mikro seperti itu persaingan pada saat ini.
Q: Bapak nampaknya sangat perhatian dengan produk tabung gas. Seberapa besar kontribusinya terhadap total penjualan produk PTKS?
A: Tahun 2009 tabung gas itu potensi pasarnya sekitar 250 ribu ton, HRC (setara dengan 46 juta tabung).
Q: Kira-kira separuh target penjualan PTKS?
A:Nggak, HRC produksi kita kira-kira 1,8 juta ton. Tetapi 250 ribu ton itu juga sebuah pasar yang nggak kecil, makanya saya berjuang habis-habisan untuk hal ini.
Irvan Kamal sangat “correct” pada setiap detail pekerjaan. Termasuk bagaimana mengelola pangsa pasar tabung gas diatas. Beliau dengan runtut dapat menceritakan lika-liku perjuangan mempertahankan pasar tabung gas tersebut agar bahan bakunya tetap dapat memakai produk PTKS.
Q:Tahun 1997-1998 kita juga pernah mengalami krisis keuangan seperti sekarang. Apakah Bapak bisa membandingkan kedua krisis tersebut?
A: Beda jauh. Tahun 98 kita mengalami krisis, tetapi pasar internasional masih terbuka lebar, bahkan 1998 kita pernah dapat bonus sepuluh kali gaji. Tapi krisis yang ini lebih hebat, tanpa ribut-ribut, senyap nggak kelihatan, tahu-tahu ini nggak bergerak, itu nggak bergerak.
Q: Bagaimana Bapak bisa mengendalikan krisis tersebut?
A: Buat saya merasa stress itu kadang perlu untuk membangkitkan gairah, tapi harus manageable. Harus bisa menjaga kesehatan, karena ini kuncinya. Pernah tahu ada keluarga yang sakit, dan sakitnya panjang, pagi siang sore harus ke rumah sakit, fisik dan mental harus tercurahkan,di kantor bos marah-marah, kira-kira situasinya demikian. Karena itu saya sudah mengatur semua program-programnya agar sinkron misalnya program Pak Ahwan (Manajer Peningkatan dan Promosi Mutu K ?, red), saya minta tolong pertemuannya diatur diatas tanggal 7 saja, khususnya di penjualan, karena saya nggak mau ganggu teman-teman di penjualan, untuk hal-hal yang bukannya nggak penting tapi ada yang lebih penting dari program itu. Kita punya tanggung jawab penjualan, dan marketing. Saya sudah re orientasi fungsi marketing, menjadi sales support dan pengembangan pasar baru termasuk proyek yang harus diselesaikan dalam 3-6 bulan kedepan. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya mengukur kepuasan pelanggan, bukan nggak penting. Hari ini saya perlu dukungan dengan bala bantuan untuk mencari sekilo dua kilo pasar yang ada didalam negeri.
Q: Kami melihat pendekatan Anda sangat pragmatis, benarkah?
A: Saya memang tipenya seperti itu, selalu pragmatis, tapi kita tunda sementara dan buat saya di bisnis itu nggak pernah punya musuh. Musuh dalam pertempuran di medan di mana, pada hari ini saya nggak bisa anggap jadi musuh. Saya nggak bisa menempatkan persoalan pribadi kedalam konteks korporasi. Saya pragmatis, dalam konteks normal mungkin mereka tidak kita layani, karena melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kita, tapi pada hari ini kita berfikir pragmatis, anak istri seluruh karyawan dan stakeholder mesti makan di rumah.
Q: Barangkali Bapak merasa tertantang dengan krisis semacam ini?
A: Ya,namun saya tidak mengira bahwa saya menghadapi kembali situasi tahun 98, dan tidak mengira situasi bisa separah ini. Seluruh system tidak bergerak. Dari mulai bank yang punya uang, tidak punya uang , uangnya dari mana, kalau kita jual tidak dari jaminan pembayaran yang memadai bisa pasang badan. Pilihan yang dilematis, tapi bohong kalau orang bilang saya tidak tegang, tapi saya berharap 2-3 bulan ke depan keadaan membaik.
Q: Merasa excitement barangkali?
A:. Excited sudah pasti, tapi ini agak sedikit luar biasa…….. ( sambil tertawa )
Q: Bagaimana dengan krisis 1998, kami lihat Bapak juga terlibat di garis depan?
A: Memang pada waktu itu saya ada di penjualan dan 1998 itu pasar dalam negeri yang kolaps, pasar internasional tidak kecuali Asia. Tapi hari ini seluruh pasar dunia kolaps kalau bicara soal baja. , saya awalnya kaget bahwa kejadian ini sampai separah ini. Ini bukan turun, tapi terjun, itu yang tidak kita kira, bayangkan semua orang buat prediksi harga minyak $200 nyatanya Cuma $38. Tapi saya punya prinsip, saya harus menunjukan bahwa everything is OK. Penyakit saya biasanya perlu 3 hari untuk kemudian berfikir nalar lagi, dan lalu kemudian inisiatif &kreatifitas keluar lagi. Hari ini kita mulai sejak dari lebaran, kita coba pelan-pelan. Kita masih dikisaran 50%-70%dari apa yang biasa kita capai (volume penjualan).
Q: Kami melihat stok finished product kita cukup banyak, benarkah?
A: Tidak, per Desember stok sudah dibawah standar, HRC, CRC, wire rod Januari jalan semua, hot roll, cold rolling semua jalan, kalau antar bulan, stok naik sedikit nggak masalah, asal jangan akhir tahun. Dan yang paling penting kualitas stok. Stok yang bisa dijual dan tidak.
Q: Masalah lain. Menurut Bapak, siapa yang paling berperan dalam proses pembentukan karakter kepemimpinan Bapak? Apakah saat menyandang “jaket kuning”?
A: Mungkin itu dari latar belakang saya,tapi dalam, bekerja tidak pernah saya ingat - ingat saya kira nggak ada dari saya proses belajar dulu juga, masa saya pendidikan di dalam rumah, mungkin cukup berpengaruh.
Q: Bapak besar dimana?
A: Jakarta. Kebetulan Orangtua saya tentara, tapi bukan yang tinggal di asrama. Kecuali waktu saya bayi lahir di Surabaya. Di Surabaya tinggal di komplek tentara (juanda). Jadi didalam rumah, prinsip orang tua saya, kita harus yakin bahwa kita di pihak yang benar dulu sebelum bertindak. Kalau ternyata saya salah, saya dimarahi ayah.
Suatu hari saya berantem dengan teman dan pulang menangis. Karena saya menangis ditanya oleh ayah saya, yang salah siapa? Kenapa kamu pulang menangis? Kalau dia salah lawanlah. Kamu pakai apa saja, kamu lawan dia.
Akhirnya saya kembali, saya pukul dia dengan kayu besar sampai babak belur dan masuk kedalam selokan besar. Dulu dia anaknya lebih kekar, tetapi sekarang kalau ketemu kita ketawa saja. Jadi saya dilatih untuk fight dan dilatih untuk bisa berdebat/berdiskusi,tapi yang berat syaratnya, kalau bicara saat makan malam harus pakai bahasa inggris kalau tidak jangan coba bicara/debat.
Q: Kembali ke pembentukan karakter, faktor keluarga atau lingkungan sangat dominan pengaruhnya pada kepribadian Bapak?
A: Ya, cerita lain kebetulan Saya pernah jadi pemain basket di Indonesia Muda
( IM ), malah sempat jadi pemain nasional sampai tahun 85. pernah juga jadi Abang Jakarta tahun 86.. Saya SMA tinggal sendiri dirumah orang tua saya. Tapi orang tua saya tugas di Surabaya. Saya dididik cukup keras, bukan kasar. Misalnya, ketika kelas dua SMA saya sakit usus buntu, sebegitu sakitnya sampai saya nggak kuat menelepon orang tua saya. Sampai suatu sore tetangga saya lewat mau menjemput saya untuk main basket, mengetahui kondisi saya, dia membawa saya ke rumah sakit. Harusnya saya dioperasi, tetapi saya ngotot nolak karena tidak berani.
Suatu saat sepulang dari Bandung sama keluarga, saya tergeletak lagi di lantai mobil Hi Ace, padahal orangtua saya harus pulang lagi ke Surabaya. Ayah saya naik pesawat, ibu sama adik - adik naik mobil. Saya harus pergi kerumah sakit naik bajaj sendiri, ayah saya cuma bilang: “ketemu sama Dokter Samekto, dokter bedah”. Dia kebetulan teman ayah saya. Begitu datang, saya ditanya ayah kamu di mana? Saya jawab ke Surabaya. Kata Dr Samekto: “kamu nggak boleh pulang lagi , harus operasi” nah ,akhirnya saya masuk kamar operasi sendirian dan sampai pulang pun sendirian,naik bajaj lagi ( hahaha………. )
Q: Ada cerita lain saat masih muda?
A: Karena ayah di Surabaya, saya terima uang kiriman bulanan. Pada awal bulan, saya selalu diberitahu Ayah bahwa uang kiriman belum datang, harus menunggu beberapa hari lagi. Jadi saya selalu mendapatkan uang bulanan yang meleset waktunya. Kiriman uang itu nggak dikirim ke rumah saya, tetapi harus saya ambil di rumah teman ayah saya. Saya harus naik sepeda, ketok pintu dan Assalamualaikum,basa basi dlsb.
Ternyata setelah saya bekerja di PTKS, baru saya tahu rahasianya bahwa sebenarnya kiriman itu sudah dikirim Ayah saya untuk jangka waktu satu tahun di temannya tadi, karena itu setiap saya kesana, uang kiriman itu pasti sudah ada.
Barangkali itu cukup mempengaruhi cara saya dalam menghadapi persoalan.
Cerita lain saat dilakukan test di assesment center. Hasil tes itu menyimpulkan karakter saya itu ngotot. Contoh lain Saya ini kurang jiwa seni, walau nyanyi hobby juga, orang tua saya anti kalau saya main musik karena takut saya ikut band-band-an Tapi akhirnya saya bisa main gitar klasik sampai sekarang. Saya belajar gitar sama teman saya yang kursus di Yamaha. Akhirnya ayah saya bilang : “Saya belikan kamu gitar kalau kamu bisa main gitar”. Akhirnya saya pinjam gitar teman saya selama seminggu dan saya tunjukan pada ayah saya. “To get something you got to fight fot it”. Nggak ada itu yang namanya hadiah, nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba datang sendiri. Jadi dia menyimpulkan karakter saya ngotot (dalam melakukan sesuatu).
Cuma ada satu lagi, waktu saya ditanya saat test mengenai pendapatan di KS, saya merasa pendapatan saya kecil. Ini kontradiktif menurut psikolog dari UGM. Bagaimana mungkin di sini mengatakan ngotot kalau menyatakan kalau gaji saya kecil. Ini soal esai mengenai pendapatan saya kecil, dan pertanyaan yang satu lagi multiple-choice. Menurut saya hidup itu tidak bisa untung terus, pendapatan saya kecil dan karena itu merupakan pertanyaan dalam test maka saya jawab jujur tapi Insya Allah saya tidak pernah barter pendapatan saya kecil dengan kerja biasa-biasa saja. Apabila gaji saya dipotong separuh, apakah saya mengurangi kinerja saya jadi separuh? Insya Allah tidak, biasanya saya hanya butuh dua malam untuk merenung, dan besoknya saya harus jadi orang baru dengan gaji yang dipotong separuh dan dengan kinerja tetap 100%. Karena gaji itu saya anggap sebuah rezeki dan tidak pernah saya trade off/barter dengan etos kerja.
Q: Menurut Bapak berapa yang diperlukan disetiap bagian (karyawan dengan spirit pantang menyerah)?
A: Di setiap level harus ada. Ini harus ditularkan. Yang dia tidak pernah pakai kalkulator dalam bekerja. Yang menarik adalah, ada karyawan yang pada waktu bekerja, cara dia bekerja biasa-biasa saja. Tapi ketika ada kesempatan promosi, dia tidak dipromosi, dia bertanya: ”kenapa dia, kenapa bukan saya?”. Padahal kinerja yang dilakukan temannya itu sudah 3 tahun sebelumnya. Performance appraisal itu keluarnya periodical dan penilaian tersebut biasanya yang teringat performance ybs dalam sebulan terakhir saja.
Q: Tentang pengembangan brand image PTKS dan Group, dulu Bapak mencanangkan integrasi untuk logo dsb, bagaimana dengan sekarang?
A: Integrasi Logo itu ide Bapak Dirut, namun untuk nama Wisma Baja sudah kita ubah, menjadi Gedung Krakatau Steel. Truk angkutan sudah memakai banner Krakatau Steel, tetapi saya perlu monitor, bagaimana mereka memelihara banner-banner tersebut. Saya care pada hal-hal yang barangkali tidak terlalu penting buat orang lain. Yang kedua, kita mengembangkan banyak hal dalam pemasaran, sistem kita perbaiki, orang kita regenerasi sepanjang memungkinkan, karena kadang-kadang faktor usia itu menentukan semangat kerja. Saya nggak bilang orang yang tua itu malas. Saya selalu membuat daftar things to do, 60 item daftar permasalahan untu setiap minggunya. Dan saya harus mencapai angka sebanyak itu. Saya punya rumus: instruction is 20% of the work done and 80% is control. Saya tidak termasuk orang yang kalau saya ngomong, terus saya yakin dia akan demikian hasilnya. Ada cerita staff saya dulu seperti ini, instruksi untuk ekspor: berikan tanda silang warna kuning disetiap coil untuk menentukan bahwa kargo ini akan turun di Osaka dan yang di Omezaki di Jepang. Perintahnya jelas kan? Ketika di cek, sore saya tunggu anak buah saya, besok pagi ketika di cek ternyata semua coil di cross putih. Rekan di lapangan nggak mengerti barang ini di unload di pelabuhan mana. Orang lapangan itu cara berfikirnya berbeda dengan orang di kantor. Karena setiap warna itu memiliki arti tertentu. Kita ini jalur komando, Kalau sudah kamu perintahkan, apa susahnya kalau perlu di konfirmasi dan di cek ulang, kita tidak ingin menerima resiko kerugian klaim untuk hal-hal seperti ini. Hal seperti ini melelahkan dan costly.
Q: Bagaimana dengan pemasaran PTKS ke depan?
A: Setelah ini kita akan membuka kantor cabang di Surabaya dan ( Batam sudah dibuka), kita mau melakukan pengembangan bisnis untuk customer projects (seperti proyek-proyek infrastruktur misalnya). Effortnya bisa 7 kali lipat daripada penjualan regular, sangat detil. Jauh lebih kompleks. Kemudian kita mau masuk ke galangan. Sudah kerja sama dengan national shipping design ITS, supaya galangan kapal mau pakai plat baja Krakatau Steel. Pasar internasional kita tahu akan tetap lemah. Kita memiliki 6 kebijakan makro. Kita sedang mengupayakan tuduhan dumping, kita dituduh oleh India Thailand dan USA. Kita perlu banyak lobi untuk meyakinkan bahwa langkah ini benar.
Ada 4 kebijakan makro yang terkait: pemberantasan illegal impor, instruksi presiden untuk kewajiban menggunakan pemakaian produksi dalam negeri, stimulus fiskal, dan kebijakan menteri perindustrian untuk kewajiban program pengadaan tabung gas untuk konversi minyak tanah dengan elpiji, SNI wajib menggunakan bahan baku dari KS, BMAD dlsb.
Q: Bagaimana dengan pemasaran KS Group?
A: Ya, saya nggak pernah maju sendiri, dalam hal ini 3 anak perusahaan kita: KW, KHI dan KE, selalu saya upayakan untuk meraih potensi bersama.
Q: Bagaimana manajemennya, bagaimana bisa efektif seperti ini?
A: Saya berusaha untuk mendelegasikan pekerjaan. Saya beri mereka kewenangan dalam koridor kebijakan yang saya buat. Tapi saya control. Tapi saya memiliki hak untuk mengkoreksi apabila mereka melakukan kekurangtepatan/kekeliruan. Tapi saya mendayagunakan semua orang yang ada di bawah saya, saya berusaha tidak menempatkan diri saya sebagai central di pemasaran. Walaupun begitu, ada hal-hal kunci yang saya tidak bisa lepas. Karena ini menyangkut kepentingan kita bersama. Tapi hal-hal yang memang sudah menyangkut tanggung jawab marketing dan sebagainya, sudah saya kasih otoritas sendiri. Saya senang mendayagunakan semua orang. Kalau saya melakukan nya sendiri, Saya bisa populer, tapi saya berusaha untuk tidak memasuki wilayah yang bukan milik saya.
Saya bukan orang yang detail,tapi jika mengenai uang perusahaan ya…saya cukup detil. Saya tahu persis mengenai itu, jangan sampai salah menulis angka nominalnya. Kalau terjadi transaksi yang aneh (tidak sperti biasa) saya bisa langsung cek di komputer saya.
Q: Fungsi Pemasaran pada suatu saat harus bersinggungan dengan arus utama pemberantasan KKN. Bagaimana Bapak dapat mengatur hal itu?
A: Saya coba dengan segala daya upaya saya, dalam konteks kita berhubungan keluar, kita menggunakan mekanisme yang secara aturan main dimungkinkan dalam hukum dan itu dibenarkan. Kalau PTKS tidak bisa main sendiri, kita gunakan pihak ketiga. Kalau konsekuensinya saya harus memberikan diskon terhadap harga produk kita lakukan selama dalam batas kewajaran. Yang mau dicari adalah untung. Bersikap pragmatis dan berusaha untuk jaga integritas. Tapi faktanya kedua model ini kita akomodir, tapi kalau kedalam, tidak ada toleransi. Saya fikir saya cukup keras, saya lugas juga dengan teman-teman, tamu tidak boleh masuk ruang kerja, data computer, password ganti berkala sehingga menghindari terjadinya, penyalah gunaan password. Karena manusia pasti lebih pintar dari system. Kita ada di daerah marketing yang abu-abu. Saya berdoa ini bukan hanya untuk kepentingan saya pribadi, yang kita lakukan adalah kepentingan perusahaan. Bisa bayangkan, orang lain jualan tanpa PPN, tapi kita dengan PPN, makanya kita harus bersiasat. (Tim)
